.::Salam Hangat Satu Jiwa Untuk Semua::.

Selasa, 29 November 2011

Misteri Desa Glodok

Sebut saja aku Nia seorang gadis yang menduduki kelas satu sma 1 harapan. Dan ini adalah teman ku yang bernama Dino. Kami memiliki sebuah kesamaan, yaitu sama-sama hobi camping, berenang dan design. Kami menghabiskan banyak waktu bersama, ya bisa dibilang kami ini sudara kembar yang berbeda orang tua.

Hari itu kami sedang melakukan study banding di sebuah kota yang cukup jauh dari rumah kami, tepatnya di desa Glodok kecamatan Klotak. Sepanjang perjalan kami mulai merasakan suatu sentuhan yang tidak biasa. Ya... perasaan itu semakin tinggi ketika kami medekati tempat opservasi. Selang beberapa saat setelah seorang guru memberikan pengarahan dan kegiatan-kegiatan apa saja yang harus kami lakukan. Saya merasakan ada seorang yang sedang mengawasi kegiatan kami yang kebetulan di lindungi dengan awan hitam.

Kami manginap disebuah apertemen yang berdekatan dengan kuburan tua dan kelihatan angker. Tanpa banyak bertanya kepada penduduk sekitar, Dino mulai mendirikan tenda di sebuah taman yang tidak jauh dari apartemen tempat kami menginap. Dino lebih senang melakukan hobinya dari pada berkempul dengan yang lain.

Sambil membawa makanan, aku sempatkan bermain sejenak dengan dia, yang kebetulan lagi sibuk memotret pemandang kuburan tua yang kelihatan angker. “ hei... No makan bareng yukkk...” teriakku sambil menariknya yang sedang asyik memotret pohon tua. “ iya.... iya.... sebetar” sedikit sempoyongan Dino berjalan menuju makan yana ada di tenda.

“hei.... No ngapain kamu motret kuburun serem tau..” sambil menata bekal yang telah ku bawa. “gak ngapa-ngapain iseng aja....” dengan senyum dia menjawabnya.
“gimana tugas kita besok??? kamu udah siapin semua peralatannya???”
“hehehehehe.....”
“kok ketawa kamu No” sambil terheran dan bertanya kenapa dia ketawa
“belummm.... besok juga siap!!!” dengan penuh makan di mulut dia menjawab.

Kami mulai percakapan itu dengan makan makannan yang telah ku bawa, dan tanpa terasa adzan maghrib mulai berbisik di telingah ku.

“No anterin dong,,, saya takut nich klo pulang sendirian” sambil muka ketakutan saya menyeretnya.
“gak ah … males jalanya, itu keliatan apertemenya ...” jawab Dino
“ayolah... “ seraya merayu nya
“gak ah.... manja amaet sihhhh...”jawabnya dengan sedikit kesel
“ayo dong mau ya...ya...ya...”
“yaudah ayo buruan....” dengan muka yang kesil dia mengantarkan saya.

Sambil membawah kamera serta tempat makan saya dan Dino berjalan ke arah apertemen, cekrikkk.... itulah suara yang saya dengar ketika di jalan bersamanya. Hingga akhirnya Dino memutuskan untuk berhenti sejenak untuk memotret sebuah masjid yang yang berada di tempat tersebut. Bulu kudu yang berada di leher semakin merasakan aura khas yang tidak biasa. Sebuah pohon menarik perhatian ku.

“No..” tanya ku sambil sedikit ketakutan
“ya.....” dia masih sibuk memotret masjid itu
“pergi yuuk.... cepet... takut nichh..”
“ ya... bentar lagi ya...” jawabnya
“cepet....”
“iya … nicchhh udah kelaran”jawabnya.

Kami melanjutkan perjalanan menuju apertemen kami minginap, tanpa ku sadari kami telah tiba di apartemen.

“Nia.. aku balik ke tenda dulu ya..???” sambil memegang pundak ku”
“oh.. ya... makasih udah nganterin aku sampai apertemen. Jangan lupa peralatan buat besok” jawab ku
“iya... bye bye bye...”
“hati-hati dijalan....”kulambaikan tangan ku ke arahnya
“oke... selamat tidur ...” teriaknya sambil sedikit berlari.

Aku yang mulai melangkahkan kaki ku menuju ke kamar tidur mulai berfikir. “Kenapa perasaan ku tadi nggak enak ya???” sambil menggosok gigi aku bertanya-tanya di dalam hati. Malam itu aku tidur sendiri yang lain masih ber diskusi dengan kelompok meraka masing-masing sedangakan kelompok kami sedang jalan-jalan sekitar apertemen. Hingga tertidur pulas sampai-sampai temen sekamar ku susah untuk membangunkan ku.

Sedangkan Dino yang berada di taman sedang memulai kesibukannya, menyalakan api unggun serta menyiapkan peralatan yang akan kami bawa besok. Hingga salah satu diatara kelompok kami menemani Dino yang ketika itu sedang berada di dalam tenda.

“heii... No ngapain kamu sendirian disini???” sambil bersiap untuk tidur
“eh .. kamu Jo ….”
“biasa Jo iseng aja, udah sering tidur di apartemen jadi cari suasana baru “ jawabnya
“eh aku boleh tidur disini ya..???” tanya Jo
“you're welcome...” jawabnya sambil nyengir.

Jo adalah salah satu dari kelompok kami yang bisa dibilang cukup dekat dengan Dino, mereka mempunyai kesamaan yaitu sama-sama suka dengan kegiatan yang bersifat praktek. Dulu kami adalah sebuah teman sekelas di waktu SMP.

Mereka bercerita kenangan indah ketika SMP, hingga mereka mendengar suara seorang nenek minta tolong “tolong.... tolong....”. Mereka berdua sedikit merinding ketika mendengar suara tersebut, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk melihat keadaan disekitar taman tersebut,

“ayo No … cepet kita lihat suara suapa yang lagi minta tolong itu No..” sambil menarik kaosnya.
“bentar... bentar... kamera ku mana???”sambil mencari di tasnya.

Tanpa pikir panjang si Jo lari menuju apartemen dan melintasi pohon besar tempat kami berhenti sejenak tadi. “aduh si Dino mana lagi … lama banget”. Yang dia pikirkan adalah kami, dia takut kalau ada sesuaatu dengan kami. Desa Glodok ini memang kelihatan sepi karena tidsk banyak penduduk yang memiliki TV, listrik aja susah, jadi klo ada orang yang teriak jarak 2 Km masih kedengaran jelas.

Bulu-bulu yang di sekujur tubuhnya mulai menadakan ada sesuatu yang aneh di temapt itu. Tiba-tiba terdengar suara “Jo … Jo..” si Jo pun semakin merinding, tak lama kemudian Dino pun menyusul dengan lari dan berteriak “Jo tunggu …” teriaknya sambil nafas terengah-engah.

“Aduh lari kmu kok kenceng amat....”
“owh … tadi yang manggil kamu ??”sambil merasakan detak jantung si Jo pun bertanya
“hei... No ada yang aneh nggak dengan tempat ini???”tanyanya sambil merasakan aura yang aneh di tempat itu
“heem...”jawabnya
“kamu ngerasain apa??” si Jo bertanya sambil terheran-heran
“ada kamu...” jawabnya dengan mimik muka sedikit nyengir
“owh... ndasmu (“kepalamu” dalam bahasa jawa)”
“ayo cepet.... kita jalan” ajakan si Dino.

Mereka masih mendengar suara seorang nenek yang minta tolong, yang semakain jelas suaranya berasal dari apertemen kami. Suara nafas yang ngos-ngosan menjadi tanda klo mereka bener-bener berlari menuju arah apaertemen.

Sampainya disana ternyata bunyi itu, berasal dari kamar ku. Dan mereka segera mengambil sebuah pisau, yang meraka guanakan untuk melindungi diri mereka, tak lama kemudian si Jo datang dengan muaka kecapean membuka dan yang mereka lihat aku sedang berdiri di atas ranjang. Sambil berteriak “tolong-tolong …..” tak lama kemudian dia pingsan.

“heu cepet ambil air buat Nia” teriak si Dino

hingga akhirnya aku terbangun dari tidur sebentar ku, dan bertanya kepada ku “ ada apa Nia..???” sambil memberikan segelas air putih. “tolong …. di bawah kasur ada tikus...” sambil gregetan si Jo berteriak”owwhhh... asemmm...” “nggak tau apa orang semua pada ketakutan, kirain ada hantu atau penjahat.. ternyata, tikuss....”



Bersambung….......



By: Ahmad Lubaid

Tidak ada komentar: